Sabtu, 25 Oktober 2014

RA. Kartini di mata dunia



 
Sebagai seorang yang masih dalam proses menemukan jati diri. Ada perasaan janggal ketika harus menyusun kalimat tentang hal ini. Tapi ada dorongan kuat untuk mengkritisi pembahasan yang kebanyaakan orang akan berpendapat bahwa saya belum berada di jalur yang tepat untuk memunculkan hal ini. Saya sangat menyadari semua hal yang terjadi, sebagai seorang anak muda yang mencoba mencari sebuah jalan yang lebih baik. Saya ingin do something yang dapat membuka pikiran teman teman. Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar dan sangat saya cintai. Sebagai generasi muda tentunya ada keinginan besar untuk dapat memberi sesuatu untuk Indonesia.Saya masih duduk dibangku SMA di salah satu daerah di Tapanuli. Dan sekarang saya sedang mengikuti program pertukaran peajar di Philippines.
Ada sebuah kejadian luar biasa yang membuat hati saya takjub akan Indonesia dan sekaligus menyadari ternyata ada sesuatu yang salah dengan Indonesia. Sebelum bercerita tentang pengalamanku di salah satu kelas di Mindanao State University, saya pernah menyaksikan sindiran dari seorang aktivis 98 yang kini sering muncul di wajah media. Ia berasal dari tanah batak juga sama seperti saya. Bagi seorang yang memiliki selera humor tinggi tentu akan akrab dengan namanya karena akhir akhir ini ia menjadi salah satu comic yang selalu menyisipkan sindiran dalam materinya. Namanya Sammy Notaslimboy. Ada pertanyaan retoris yang ia lontarkan kepada audien saat itu, pertanyaannya simple namun akan melahirkan segudang  tanya. Kenapa masyarakat Indonesia bisa mematuhi hukum ketika berada di negara lain, seperti sedang berada di Singapura contohnya. Sejenak saya terdiam, dan tak dapat menjawab. Namun saya menyimpulkan, tentu ada yang salah ini adalah gambaran masyarakat tak menghargai negaranya. Yang selama ini telah terbiarkan. Jika anda mendapat jawabannya tolong hubungi saya di imamalfaruq71@yahoo.com.
            Pernah suatu ketika saya membaca sebuah media online yang memuat pernyataan Ahok. Ahok berkata bahwa system yang selama ini berjalan sangat bobrok. Setidaknya ini ada kaitannya dengan pertanyaan Sammy di atas. Dan terkadang terpikir olehku apakah ini akibat dari prilaku masyarakat yang kurang menghargai bangsa sendiri. Masih segar diingatan ketika Sri Mulyani yang dikaitkan dengan kasus suatu bank swasta. Di negeri sendiri ia dicaci banyak pihak. Namun world Bank perpendapat lain dengan merekrutnya menjadi salah satu pimpinan disana. Aneh bukan? Kita telah terbawa oleh suatu tradisi pendahulu kita. Saya yakin suatu saat nanti Indonesia akan bisa berbicara lebih. Ketika para pengambil keputusan yang sekarang  telah habis masanya di dunia. Atau yang lebih menyedihkan tertangkap suatu lembaga (KPK) yang sedang mereka upayakan untuk melenyapkannya dengan permainan bobrok mencari celah di Undang Undang. Saya tidak mengatakan semua pemimpin dan pembuat system yang berkuasa saat ini berada di garis yang tidak baik. Ada, masih banyak yang memiliki kemauan mengubah system yang telah rusak. Namun seakan terus dihalangi elit yang sedang berkuasa. Seiring perputaran waktu ada suatu fenomena baru yang membuat semua perubahan ini semakin sukar dilaksanakan. Generasi selanjutnya tidak siap.  Ya, pada akhirnya orang orang tua sekarang akan sampai pada batasnya. Kekuasaan mereka akan hilang berganti ke generasi selatjutnya. Kita kawan, pernah saya memasukkan suatu komentar di sosial media yang membuat suatu polemik kala itu. Juga di sebuah majalah yang memiliki poin sama. Komentar yang menurut orang lain tak etis untuk disampaikan.
“ Bagaimana kami akan dapat mengubah bangsa ini kea rah yang lebih baik? jika dalam kehidupan sehari hari kami lebih sering terinspirasi dengan kasus korupsi yang notabene mencuri’’. Ini hanya sebuah pesan untuk diri saya sebenarnya. Tapi saya berkeinginan teman teman juga memahaminya. Jaga diri dari carut marutnya system yang terjadi saat ini. Saya tidak mengajak anda membenci pemerintah. Namun lebih kepada membuka yang masih tersegel. Karena kita adalah yang selanjutnya jadi jangan sampai terkontaminasi.
            Kita ambil peristiwa yang telah lama berlalu, ketika seorang anak luar biasa Indonesia yang tak didukung maksimal oleh negaranya. Yang pada akhirnya memilih dan berkembang dengan Negara lain. Anda pasti tahu siapa individu unggul itu. Ini merupakan seuntai kejadian yang pernah terjadi.  Ini adalah sebuah cerminan dimana Negara tak menghargai apa yang ia punya.
            Kembali ke cerita yang kualami di kelas 4-Brattin tadi. Hari itu di sesi siang kami ada kelas Tagalog and History. Saya kebanyakan diam waktu itu karena bahasa pengantar kelas ini adalah Tagalog. Namun timbul pertanyaanku ketika guru menyebut Kartini. Hah, Kartini? Itu yang terpikir di kepalaku. Ku acungkan tangan dan bertanya, apa topic pembahasan pada hari ini. Sang guru, Mam Balahadja, berkata a princess from Java Indonesia. Kantuk yang dari awal masuk menghinggapiku seakan hilang. Maklum saja ini adalah sesi siang yang sangat panas dengan 33 derajat diluar sana. Sontak aku kembali bertanya kenapa kalian mempelajarinya? Karena perlu anda ketahui mereka membahas seluk beluk perjuangan RA. Kartini dari awal hingga ia menemuai ajal di usia mudanya. Karena dia adalah simbol perjuangan wanita Asia. itu jawaban yang saya terima. Terus apa yang special dari pengalaman ini? Jangan tidur kawan lihatlah kita bangsa yang besar dengan berjuta individu. Negara lain terinspirasi dari kita. Bahkan di bangku sekolah di Indonesia pahlawan hanya sebatas masa lalu belaka. Yang tak ada gunanya untuk dibahas lagi begitu anggapan kebanyakan siswa sekarang. Mereka belajar dari kita tapi kenapa kita harus malu untuk mau melirik apa yang kita punya. Jangan seperti kejadian sipadan dan ligitan ketika sudah di caplok Negara lain disaat itu kita baru merasa memiliki. Mari lebih mencintai akar kita, jangan sampai RA. Kartini di ambil negara lain ( siswa negera asing lebih memahami siapa RA. Kartini daripada siswa Indonesia).
Hormati hukum, dukung perubahan, berjuang member arti bagi Ibu Pertiwi. Hargai apa yang kita punya jangan biarkan cahaya intan Indonesia  digenggam orang. Kawal senyumanmu hingga dunia melihatnya sebagai Indonesia yang sesungguhnya.

“Sistem diciptakan untuk berjuta jiwa bukan untuk nafasmu belaka”
"Jangan berpikir Indonesia ini telah hancur, hanya sebuah kapal yang membutuhkan tenaga anak   muda"
   
*** Sangat menerima saran dan masukan dari para pembaca.
*** Poskan komentar anda tanpa membutuhkan Email, format = nama : komentar anda...




1 komentar:

  1. ''Sepenggal Perjalanan Ku'' Imam Alfaruq Nasution: RA. Kartini di mata dunia

    BalasHapus