Orientasi Nasional.
28 July 2014.
Catatan baru tertoreh disuatu halaman baru kehidupan, ada
yang berkata kalau dalam hidupmu sudah tak ada hal baru yang kamu temui maka itu
seperti air di sebuah tempayan. Yang berhenti, mengeruh dan menghilang. Catatan
itu merupakan alat dalam menjalankan kehidupan. Catatan itu akan mengingatkan
yang lupa dan akan menuntun kembali ke tujuan utama, bernama kesuksesan. Tapi jangan
hanya mampu membuka catatan lama yang telah berdebu dan using. Sebagai manusia
muda dengan segudang potensi kita juga harus selalu menulis kata menjadi kalimat
baru sebagai pedoman dan pelajaran bagi manusia baru, setelah kita hanya menunggu
hancurnya bumi di suatu ruangan sempit. Setidaknya dengan itu kita akan sedikit
dikenang walau hanya sebuah paduan huruf alias nama belaka.
Kali ini aku akan menuliskan satu fase terakhir dalam
persiapan sebelum berangkat kenegara lain. Kegiatan terakhir ini bernama
Orientasi Nasional. Dari namanya saja teman pasti dapat membayangkan seperti
apa kegiatan ini.
Berangkat dari Kualanamu International Airport dengan
maskapai berlambang singa, kami landed sempurna di Soekarno-Hatta. Perjalanan
mengangumkan, akhirnya jalan hidup menambah catatan baru yang tak terlupa. Menginjakkan
kaki di Kota terbesar di Negara dengan populasi hampir 250 juta jiwa. Dari bandara
kami menuju Wisma Handayani tempat diadakannya Orientasi Nasional. Dalam perjalanan
menuju ke wisma, dari kaca taxi yang kami tumpangi, kulirik gedung gedung
tinggi di ibukota yang selama ini hanya terlihat kecil di sebuah kotak
elektronik. Akan terasa begitu kontras jika dibandingkan dengan lokasi
sekolahku yang jauh disana.
Sesampainya di Wisma, ternyata kami telah terlambat. Dengan segera
mengisi daftar hadir. Kami memasuki ruangan sesi. Orientasi kali ini hanya di
ikuti 6 kandidat pertukaran pelajar. Karena kami mendapat jadwal khusus dari Negara
tujuan kami. Tak terlalu sulit untuk kami menjadi akrab. Dan akhirnya kami
memanggil keluarga kecil ini dengan sebutan Fantasix. Keenam manusia yang akan
membawa nama Indonesia itu adalah : Willy abyuzaki, ia berasal dari Chapter
Surabaya. Pesilat berbadan tegap dengan cerita ceritanya yang selalu mencairkan
suasana ketika kantuk datang. Anggota nyentrik yang kedua bernama Tika
Roswanti. Anak chapter Karawang namun tinggal dan bersekolah di Bekasi. Manusia
dengan tawa khas dan yang paling mudah ngantuk. Yasmin, nama anggota keluarga
lainnya, kami menyebutnya penyelamat. Alasan simple karena ia opsi terakhir ketika
semua anggota tak mampu menjawab pertanyaan dari kakak Pembawa sesi. Mutiara
Annisa Baswedan, dari namanya kamu pasti kenal siapa anak mungil dengan American-English
sempuna ini. Nama terakhir berasal dari daerah yang sama dengan yasmin. Mereka berdua
berasal dari Jakarta dan bahkan dari sekolah yang sama. Dan penghuni yang lain
bernama Jordan Sitepu, ‘’Art is my world’’ katanya. Ya memang benar seni
merupakan dunianya tak diragukan lagi. Dan tentunya saya sendiri, Imam Alfaruq.
"Kita tak butuh POLI TIKUS KITA Butuh Anis Baswedan".
We dont need MANY RATS WE Need ANIS BASWEDAN
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar